This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 10 November 2012

INDONESIA JANJI TINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAK DAN KESELAMATAN IBU


Hari ini (30/10) Menteri Kesehatan, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, menandatangani “Committing to Child Survival: A Promise Renewed” pledge di kantor Kemenkes Jakarta. Sepuluh tahun yang lalu sidang umum PBB menyepakati resolusi “World Save For Children” atau “Dunia Layak Anak” untuk membantu menyelamatkan dan memperbaiki hidup jutaan anak. Dengan ditandatanganinya pledge ini Indonesia memperbaharui janji untuk meningkatkan kelangsungan hidup anak dan keselamatan ibu sebagai bukti dari komitmen Indonesia untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi sesuai target MDGs.

Latar belakang penandatanganan pledge tersebut, pada tanggal 14 - 15 Juni 2012 perwakilan dari Kementerian Kesehatan dan Bappenas menghadiri kegiatan child survival call to action atas undangan dari USAID di Washington DC. Pertemuan tersebut merupakan suatu awal inisiatif global untuk mengeliminasi preventable child death pada tahun 2035 yang menurunkan angka kematian Balita di bawah 20/1000 kelahiran hidup di semua negara. Pertemuan child survival call to action ini diselenggarakan atas kerjasama pemerintah AS, Ethiopia dan India serta bermitra dengan Unicef. Pertemuan dihadiri oleh 700 peserta dari 80 negara termasuk Australia, Philipine, Malaysia, Vietnam, negara-negara di Asia Selatan, Asia Tenggara dan juga negara-negara yang masuk dalam high, middle dan low income countries di dunia. Pada pertemuan tersebut salah satunya menghasilkan committing to child survival a promise renewed pledge yang telah ditandatangani oleh 44 negara dari 80 negara yang hadir.

“Indonesia sudah committing to child survival sejak 40 tahun yang lalu, kita sudah berusaha. Kita sudah menurunkan the last percentage dan untuk mendapatkan sesedikit mungkin anak yang meninggal karena preventable diseases, itu yang paling susah”, ujar Menkes.

Menkes mengungkapkan komitmen ini ditandatangani atas nama bangsa negara, namun tanpa kerjasama, tanpa komitmen bersama dan tanpa keseriusan dari pusat sampai ke daerah bahkan sampai kepada keluarga tidak mungkin akan tercapai. Oleh karena itu Menkes mengajak semua untuk bekerjasama, berusaha sekuat tenaga agar anak-anak sebanyak mungkin selamat dan tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat, produktif, sejahtera, dan mandiri.

Pada kesempatan tersebut Menkes memberikan apresiasi atas inisiatif komitmen ini kepada USAID dan Unicef.
Pada kesempatan yang sama Sekretaris Jenderal Kemenkes, dr. Ratna Rosita, MPHM menyampaikan laporan bahwa penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi dirasakan lambat padahal target pencapaian MDGs 2015 tinggal beberapa tahun lagi. Apabila masih dilakukan business as usual diperkirakan target MDGs tidak akan tercapai.

Dalam laporannya Sesjen mengatakan, pada tahun 2010 Indonesia telah memberikan komitmen pada global strategy for woman and children health. Pada tahun 2011 setidaknya ada 1,5 juta ibu hamil dan bayi yang dibiayai pemerintah melalui Jampersal. Pada tahun 2015 diharapkan semua kelahiran akan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yang dilakukan dengan meningkatkan anggaran untuk Jamkesmas dan anggaran untuk Jampersal. Pendanaan tersebut meliputi pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas, Poskesdes dan juga pelayanan rujukan di rumah sakit di seluruh Indonesia. Komitmen untuk peningkatan kelangsungan hidup anak dan keselamatan ibu terus ditunjukkan pemerintah Indonesia dengan peningkatan upaya implementasi dan advokasi serta peningkatan pembiayaan di tingkat Pusat.

Sebagai tindak lanjut dari keikutsertaan dalam child survival call to action maka Kementerian Kesehatan telah melakukan tinjauan ulang (review) terhadap pencapaian MDGs 1, 4, dan 5 dalam kegiatan Countdown 2015, kata Sesjen.

Review tersebut meliputi pencapaian indikator continue of care; kebijakan kesehatan yang mendukung pencapaian MDGs; sistem dan pembiayaan kesehatan; peran LSM, masyarakat madani dan public private partnership; serta lintas sektor. Sehingga suatu peta jalan untuk pencapaian MDGs 1, 4, 5 dapat disusun lebih operasional.

Acara penandatanganan tersebut dihadiri oleh Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Bappenas, Para Pejabat Eselon I dan II di Kementerian Kesehatan, Kepala Perwakilan dari UNICEF, WHO, UNFPA, USAID, World Vision Indonesia, Ketua Organisasi Profesi dan beberapa undangan terkait.

Sabtu, 06 Oktober 2012

PETUGAS PUSKESMAS DAN GURU WUJUDKAN SEKOLAH SEHAT


Menkes RI (tengah) dan Dirjen Bina Gizi KIA (kanan) pada sesi dialog dengan pemenang lomba sekolah sehat tingkat nasional 2012 di Kantor Kemenkes (25sept12). Pusat Komunikasi Publik @ 2012. DJ
Petugas Puskesmas sebagai Pembina Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tingkat Kecamatan memiliki peran yang strategis dalam penyelenggaraan Lomba Sekolah Sehat. Peran ini penting terutama dalam pelayanan kesehatan seperti pemberian imunisasi, pelaksanaan penjaringan kesehatan, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemberian penyuluhan. Sementara guru berperan dalam peningkatan pengetahuan dan sikap, utamanya dalam memonitor perilaku peserta didik sehari-hari. Oleh karenanya, Kementerian Kesehatan memberikan penghargaan kepada Puskesmas yang sekolah binaannya menjadi Pemenang Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional tahun 2012. Penghargaan diberikan dalam kegiatan audiensi Menkes RI dengan pemenang Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional tahun 2012 di Jakarta (25/9). Penghargaan diberikan berupa plakat, serta satu unit laptop dan DVD sebagai bentuk apresiasi.
Di sela-sela sambutannya, Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, mengatakan bahwa Puskesmas merupakan wadah yang berkewajiban memberikan pembinaan kepada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Tingkat Kecamatan. Selain itu peran petugas kesehatan dan para guru yang peduli akan masyarakat di sekitarnya mampu menjadikan UKS yang baik bagi masyarakatnya. 

“UKS adalah upaya luar biasa dalam memberikan hak anak, untuk itu marilah Menteri Pendidikan, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Kesehatan sama-sama menjadikan sebagai salah satu usaha pemerintah yang bekerja sama dengan masyarakat dalam rangka pemenuhan hak asasi anak” ujar Menkes

Sementara itu, Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak (GKIA) Kemenkes RI, Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, menjelaskan program UKS dirintis sejak tahun 1956. UKS dilaksanakan secara komprehensif melalui TRIAS UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat. Pada tahun 1984, diperkuat dengan terbitnya surat keputusan bersama 4 Menteri yaitu Menteri Pendidikan, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.

“Pemberian penghargaan ini merupakan motivasi bagi para petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan pembinaan secara berjenjang di semua sekolah di wilayah binaan”, ujar dr. Slamet Riyadi.

Jumat, 05 Oktober 2012

INILAH PARA PEMENANG LOMBA SEKOLAH SEHAT TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012


Menkes memberikan plakat kepada perwakilan dari Pemenang Puskesmas pembina UKS dalam rangka Lomba Sekolah Sehat, Jakarta (25sept12). Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI @ 2012. DJ
Hari ini (25/9), Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH melakukan audiensi dengan perwakilan dari para pemenang Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional tahun 2012, di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta. Para pemenang telah berada di Jakarta sejak 24 September 2012, untuk mengikuti serangkaian kegiatan yang telah dipersiapkan termasuk mengikuti Rapat Kerja Nasional UKS ke XI pada 26 September 2012 mendatang.
Lomba Sekolah Sehat tingkat Nasional tahun 2012  diikuti oleh 94 sekolah, yang terdiri dari: 23 Taman Kanak-kanak (TK)/Raudathul Athfal (RA): 24 Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI): 24 Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs): 23 Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah (MA), yang berasal dari 24 Provinsi.

Pemenang Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional tahun 2012, merupakan 6 sekolah yang terpilih dari masing-masing jenjang pendidikan. Sebanyak 24 sekolah yang meraih predikat Sekolah Sehat tingkat Nasional, berasal dari Provinsi: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat.

Pada kesempatan tersebut, Menkes RI secara simbolis memberikan piagam penghargaan kepada Sekolah dan Pembina Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang mendapat predikat sebagai Pemenang Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional 2012.

Di tingkat TK/RA, TK Atisa Dipamkara, Kec. Curug, Kab. Tanggerang, Banten menjadi juara pertama. Juara II diraih oleh TK Aisyiyah Bebekan, Kec. Taman, Kab.Sidoarjo, Jawa Timur. Juara III yaitu TK Islam Sa’adatuddarain Wakan, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Untuk juara harapan I diraih oleh TK Santa Ursula, Kec. Sawah Besar, Jakarta Pusat. TK Negeri Pembinaan Pariaman, Kec. Enam Lingkung, Kab. Padang Pariaman, padang Pariaman mendapatkan juara harapan II. Serta TK Aisyiyah Bustanul Atfhal, Kec. Karanganyar, Kab. Indramayu, Jawa Barat menempati posisi Harapan III.

Sementara itu di tingkat SD/MI, SDN Suryakencana, Kec. Cikole, Kota Sukabumi, Prov. Jawa Barat meraih juara pertama, SDK Sang Timur, Kec. Cakung, Jakarta Timur, Prov. DKI Jakarta mendapatkan juara ke dua. Juara III diraih oleh Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Demangan, Kec. Taman Demangan, Kota Madiun, Prov. Jawa timur, dan yang mendapatkan peringkat harapan I adalah SDN 33 Palembang, Kec. 1B II, Kota Palembang, Prov. Sumatera Selatan, SDN Murungsari 2, Kec. Amuntai Tengah, Kab. Hulu Sungai Utara, Prov. Kalimantan Selatan meraih harapan II dan SDN 25 Panaikang, Kec. Bantaeng, Kab. Bantaeng, Prov. Sulawesi Selatan berada di posisi harapan III.

Ditingkat SMP/MTs, juara I diduduki oleh SMPN 12 Tebo, Kec. Rimbo Ilir, Kab. Tebo, Prov. Jambi. Juara II SMPN 1 Susukan, Kec. Susukan, Kab. Banjarnegara, Prov. Jawa Tengah. Juara III ditempati oleh SMPN 1  Kempo, Kec. Kempo, Kab. Dompu, Prov. Nusa Tenggara Barat. Untuk peringkat harapan I diraih oleh SMPN 1 Selat, Kec. Selat, Kab. Kapuas, Prov. Kalimantan Tengah. Juara Harapan II SMPN 216, Kec. Senen, Kota Jakarta Pusat, Prov. DKI Jakarta, dan SMPN 4 Kediri, Kota Kediri, Prov. Jawa Timur mendapatkan harapan III.

Untuk tingkat SMA/MA/SMK, Juara pertama diraih oleh MAN Baubau, Kota Baubau, Prov. Sulawesi Tenggara. Juara II SMKN Muara Teweh, Kab. Barito Utara, Prov. Kalimantan Tengah. Juara III diduduki oleh SMAN 78 Jakarta, Kec. Kemanggisan, Kota Jakarta Barat, Prov. DKI Jakarta. Sementara itu juara harapan I berhasil dicapai oleh MAN Jombang, Kab. Jombang, Prov. Jawa Timur. Harapan II SMAN 15 Bandung, Kota Bandung, Prov Jawa Barat dan juara harapan III oleh SMAN 6 Palembang, Kec. Sekip Ujung, Kota Palembang, Prov. Sumatera Selatan. 

Selain memberikan penghargaan kepada pemenang sekolah sehat dan tim pembina UKS, Kemenkes juga memberikan penghargaan serta hadiah kepada Puskesmas pembina UKS di tingkat Nasional.

Di tingkat TK/RA, juara pertama berhasil diraih oleh Puskesmas Curug, Kec. Curug, Kab. Tangerang, Prov. Banten. Juara II ditempati oleh Puskesmas Taman, Kec. Taman, Kab. Sidoarjo, Prov. Jawa Timur. Juara III Puskesmas Praya, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah, Prov. Nusa Tenggara Barat.  Untuk juara Harapan I ditempati oleh Puskesmas Sawah Besar, Kec. Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Prov. DKI Jakarta, juara harapan II Puskesmas Pakandangan, Kec. Enam Lingkung, Kab. Padang Pariaman, Prov. Sumatera Barat, dan yang menempati harapan III adalah Puskesmas Margadadi, Kec. Karanganyar, Kab. Indramayu, Prov. Jawa Barat.

Untuk di tingkat SD/MI, juara I diduduki oleh Puskesmas Selabatu, Kec. Cikole, Kota Sukabumi, Prov. Jawa Barat. Juara II Puskesmas Cakung, Kec. Cakung, Kota Jakarta Timur, Prov. DKI Jakarta. Juara III Puskesmas Demangan, Kec. Taman Demangan, Kota Madiun, Prov. Jawa Timur. Lalu untuk juara harapan I berhasil diraih oleh Puskesmas Makrayu, Kec. 1B II, Kota Palembang, Prov. Sumatera Selatan, juara harapan II Puskesmas SEI Karias, Kec. Amuntai Tengah, Kab. Hulu Sungai Utara, Prov. Kalimantan Selatan, dan posisi harapan III Puskesmas Bissappu, Kec. Bantaeng, Kab. Bantaeng, Prov. Sulawesi Selatan.

Sementara itu di tingkat SMP/MI juara I Puskesmas Rimbo Ilir, Kec. Rimbo Ilir, Kab. Tebo, Prov. Jambi. Juara II ditempati oleh Puskesmas 2 Susukan, Kec. Susukan, Kab. Banjarnegara, Prov. Jawa Tengah. Untuk posisi juara III berhasil diraih oleh Puskesmas Kempo, Kec. Kempo, Kab. Dompu, Prov. Nusa Tenggara Barat. Untuk juara harapan I di tempati oleh Puskesmas Selat, Kec. Selat, Kab. Kapuas, Prov. Kalimantan Tengah. Harapan II Puskesmas Kec. Senen, Kota Jakarta Pusat, Prov. DKI Jakarta, dan Harapan III Puskesmas Sukoreme, Kec. Mojoroto, Kota Kediri, Prov. Jawa Timur.

Untuk tingkat SMA/MA/SMK, juara pertama diraih Puskesmas Wajo, Kec. Murhum, Kota Baubau, Prov. Sulawesi Tenggara. Peringkat II diduduki Puskesmas Muara Teweh, Kec. Teweh Tengah, Kab. Barito Utara, Prov. Kalimantan Tengah. Juara III Puskesmas Palmerah, Kec. Palmerah, Kota Jakarta Barat, Prov. DKI Jakarta. Untuk juara harapan I di tempati oleh Puskesmas Jabon, Kec. Jombang, Kab. Jombang, Prov. Jawa Timur. Juara Harapan II Puskesmas Srijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung, Prov. Jawa Barat, dan juara harapan III dicapai oleh Puskesmas Basuki Rahmat, Kec. Sekip Ujung, kota Palembang, Prov. Sumatera Selatan. 

Pelaksanaan Lomba Sekolah Sehat, telah dilaksanakan untuk tingkat SD/MI sejak 1991; tingkat SMP/MTs sejak 2000; tingkat TK/RA dan SMA/SMK/MA sejak 2004.

Hal-hal yang dinilai dalam Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional, antara lain:
a.    Penilaian terhadap Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tingkat Provinsi, Kab/Kota, dan Kecamatan. Aspek yang dinilai meliputi kegiatan pembinaan UKS, diantaranya pemantauan, pelatihan, dan keterlibatan sekolah.
b.    Penilaian terhadap sekolah, dengan aspek yang dinilai antara lain kebersihan sarana/prasarana kelas, ruang guru, kantin, toilet, air bersih, tempat cuci tangan, tempat ibadah, kondisi tempat sampah, dan UKS.
c.    Penilaian terhadap perilaku kesehatan peserta didik, diantaranya pengetahuan tentang UKS, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
d.    Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan, seperti pelaksanaan penjaringan kesehatan dan penyuluhan oleh petugas Puskesmas, dan lain-lain.

Tim penilai Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional berasal dari lintas sektor, yakni Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri.

Kamis, 30 Agustus 2012

TENAGA KESEHATAN MERUPAKAN PAHLAWAN PEMBANGUNAN KESEHATAN


Tenaga kesehatan berperan besar dalam menentukan pembangunan kesehatan. Di Indonesia, terdapat ribuan tenaga kesehatan di Puskesmas yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh dan menunjukkan prestasi kerja yang sebaik-baiknya. Mereka adalah pahlawan bangsa yang menunaikan tugasnya untuk mencapai visi kita bersama, yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, di hadapan 130 tenaga kesehatan (Nakes) teladan di Puskesmas tingkat Nasional 2012, di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta (15/8).

“Saya yakin, prestasi yang diraih merupakan hasil kerja keras dalam menerapkan nilai-nilai pro-rakyat, cepat-tepat, teamwork, dengan integritas yang tinggi, dan secara akuntabel (transparansi). Di masa mendatang, tugas Saudara bertambah berat dengan menyandang predikat teladan, karena dituntut untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah dicapai, serta harus dapat memotivasi bahkan menjadi panutan bagi petugas kesehatan di sekitar Saudara”, ujar Menkes.

Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI, dr. Lily S. Sulistyowati, MM, selaku Ketua Panitia Penyelenggara, mengatakan bahwa pemilihan Nakes Teladan rutin diselenggarakan setiap tahun, bertepatan dengan ulang tahun Kemerdekaan RI.

Dalam laporannya, dr. Lily mengatakan bahwa pemberian penghargaan kepada tenaga kesehatan teladan merupakan apresiasi serta bentuk penghargaan dari Kementerian Kesehatan RI kepada tenaga kesehatan di Puskesmas atas pengabdian dan prestasinya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya di lokasi tempat mereka bertugas.

“Tenaga kesehatan teladan, memiliki prestasi yang membanggakan dankontribusi yang besar dalam pelaksanaan 3 fungsi Puskesmas, yaitu sebaai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, penggerak pemberdayaan masyarakat dan pemberi pelayanan kesehatan strata pertama”, terang dr. Lily.

Pemilihan tenaga kesehatan dilakukan secara selektif melalui serangkaian kegiatan yang meliputi penelaahan, pemeriksaan, penelitian dan penilaian oleh para ahli dan organisasi profesi terkait, yang hasilnya tercermin pada pengetahuan, sikap, perilaku, dan karya masing-masing individu teladan.

“Selain itu, kegiatan ini juga sebagai motivasi bagi para tenaga kesehatan untuk meningkatkan kinerja dan terus memberikan pelayanan kesehatan secara prima kepada masyarakat”, kata dr. Lily.
Lebih lanjut, dr. Lily menuturkan kegiatan ini diikuti oleh 33 Provinsi, dimana setiap Provinsi diwakili oleh 4 nakes teladan merupakan tenaga medis (dokter/dokter gigi); tenaga keperawatan (perawat/bidan); tenaga kesehatan masyarakat (sanitarian, epidemiolog, entomolog, penyuluh kesehatan, asisten apoteker, atau analisis laboratorium); dan tenaga gizi (nutrisi/dietetik).

“Tahun ini Provinsi Riau tidak mengirimkan tenaga nutrisionis dan Provinsi Bangka Belitung tidak mengirimkan tenaga dokter. Jadi jumlah total tenaga kesehatan teladan adalah 130 orang. Namun, terdapat satu orang Nakes teladan yang berasal dari Provinsi Papua, tidak dapat hadir karena terkendala dalam perjalanannya”, kata dr. Lily.

Rangkaian kegiatan berlangsung pada 13-17 Agustus 2012. Pada hari pertama (13/8), peserta mengikuti kegiatan Building Learning Comittment (BLC). Hari kedua (14/8), peserta mengikuti pencerahan dari Prof. Dr. H. Arief Rachman, dan mengikuti serangkaian acara yaitu wisata sejarah (Monumen Nasional), wisata niaga (thamrin city) dan mengikuti silaturahmi serta berbuka puasa bersama Presiden RI di Arena Pekan Raya Jakarta (PRJ). Pada hari ketiga (15/8), peserta berkunjung ke PT Kimia Farma, dan bertatap muka serta berdialog dengan Menteri Kesehatan dan para pejabat eselon I dan II Kementerian Kesehatan.

Pada hari keempat (16/8) dan kelima (17/8), para Nakes Teladan mengikuti Pidato Kenegaraan Presiden pada tanggal 16 Agustus di DPR-RI, Renungan Suci bersama Presiden di Taman Makam Pahlawan Kalibata dan mengikuti Peringatan Detik-detik Proklamasi ke-67 di Istana Negara. Serangkaian kegiatan protokoler kenegaraan ini merupakan pengalaman baru bagi para Nakes teladan tersebut.

“Masih banyak rangkaian kegiatan yang akan dijalani oleh para teladan selama berada di Ibu Kota, diantaranya pemberian informasi penting yang berkaitan dengan pengembangan karir kepegawaian, kepemimpinan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar, dan program Kampanye HIV/AIDS Aku Bangga Aku Tahu (ABAT)”, tutur dr. Lily.

Pada kesempatan tersebut, Menkes memberikan plakat, piagam penghargaan dan sebuah cinderamata berupa 1 unit netbook untuk masing-masing tenaga kesehatan teladan.

Selain itu, seluruh nakes teladan juga mendapatkan masing-masing tabungan senilai tiga juta rupiah dari Bank Negara Indonesia (BNI);Travel-bag, merchandise dan produk dari PT Kimia Farma (Tbk); serta paket berisi stetoskop, tensimeter, dan alat tindik kuping dari PT Askes (Persero).

Rabu, 29 Agustus 2012

Tangani DBD Melalui Pelatihan Jumantik

kampanye tangani demam dengan jumantikKampanye “Tepat Tangani Demam Melalui Pelatihan Kader Jumantik” sebagai Wujud Kerjasama Kementerian Kesehatan RI dan Glaxosmithkline dalam Upaya Turunkan Kasus DBD
Dalam mewujudkan kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI dengan Glaxosmithkline (GSK)
dalam hal pencegahan dan penanganan DBD seperti yang tertuang dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
PT. Glaxosmithkline melakukan Pelatihan Kader Jumantik untuk 4.500 jumantik di 15 (lima belas) Kelurahan di Kota dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat sejak tanggal Pelatihan Jumantik ini dilaksanakan sejak tanggal 1 Mei – 28 Juni 2012 yaitu Cipamokolan, Geger Kalong, Manjah Lega, Sarijadi, Margasari, Sukajadi, Sukamiskin, Sekejati/ Buah Batu, Babakan Sari, Antapani Kidul, Bale Endah, Soreang, Dayeuh Kolot, Katapang, dan Cingcin. 
dbd dengan jumantikPelatihan angkatan XI ( 18-19 Juni 2012) dilaksanakan  di Kelurahan Bale Endah  diikuti 275 Jumantik dihadiri Kepala Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dr. Lily Sulistyowati, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Kemenkes RI dr. Rita Kusriastuti, M.Sc,  Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat dr.Hj. Alma Lucyati, M.Kes, M.Si, MH.Kes dan General Manager Glaxosmithkline Indonesia Djagad Prakasa Dwialam. MoU tersebut juga merupakan upaya untuk membantu mengendalikan penyakit DBD di Propinsi Jawa Barat tahun 2012. Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat, di tahun 2010 merupakan salah satu propinsi dengan kasus DBD ke-2 tertinggi di Indonesia dengan 25.727 kasus. Sementara, hingga Desember 2011, Propinsi Jawa Barat merupakan Propinsi dengan kasus DBD (year to date) tertinggi yaitu, 13.971 kasus DBD. 
Pada kesempatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat dr.Hj. Alma Lucyati,M.Kes, M.Si. MH.Kes memaparkan Angka kasus/penderita DBD di Propinsi Jawa Barat dari tahun 2010 hingga tahun 2011 mengalami penurunan. Penurunan kasus merupakan indikasi yang baik, tetapi bagaimanapun juga upaya menyeluruh dan melibatkan berbagai pihak tetap dibutuhkan.
"Dalam menangani DBD kita tidak hanya melakukan upaya kuratif (pengobatan), tetapi upaya promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan) menjadi poin penting dalam menurunkan angka kasus DBD di masyarakat, dimana Jumantik berperan sangat signifikan didalamnya. Upaya pembangunan kesehatan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun perlu dukungan dari berbagai pihak termasuk swasta. Oleh karena itu, di tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan 23 pihak swasta termasuk didalamnya adalah GSK” ujar Kepala Pusat Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dr. Lily S Sulistyowati.
Pentingnya peran Jumantik di dalam mengendalikan DBD menjadi program atau kegiatan nasional, demikian menurut Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2), Kemenkes RI; dr. Rita Kusriastuti, M.Sc, Melalui pengembangan kemitraan dan jejaring kerja multidisiplin dan lintas sector, kebijakan pemerintah di dalam pengendalian DBD yang berdasar pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dapat direalisasikan diantaranya melalui Jumantik. Jumantik adalah juru pemantau jentik yang bertugas memeriksa genangan-genangan air di dalam maupun luar rumah, menemukan larva yang terdapat di dalam tempat-tempat yang dapat menampung air, mengindentifikasi rumah-rumah yang tidak berpenghuni dan mengajak pemilik rumah atau bangunan untuk berpartisipasi dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara teratur. Peran Jumantik atau kader sangat penting untuk menggerakkan peran serta masyarakat dalam gerakan Pengendalian DBD.

Pada konferensi pers siang harinya bertempat di Hotel Horison, Bandung, General Manager Glaxosmithkline Indonesia, Djagad Prakasa Dwialam mengatakan, "di tahun ke empat ini, GSK mengukuhkan komitmennya dalam pengendalian DBD melalui penandatangan MoU dengan Kementrian Kesehatan dan di wujudkan dalam pelaksanaan kampanye Tepat Tangani Demam melalui Pelatihan Kader Jumantik. Para Jumantik adalah salah satu ujung tombak dari pengendalian DBD. Kecepatan dan ketepatan di dalam mengenali gejala demam dan DBD tentu saja akan mengurangi resiko kematian akibat DBD. 

Selasa, 17 Juli 2012

Penandatanganan Berita Acara Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan

Akhirnya perjalanan panjang ini membuahkan hasil….
Hasil validasi evaluasi jabatan di Kementerian Kesehatan telah ditandatangani.
Perjuangan Kementerian Kesehatan dalam melakukan evaluasi jabatan akhirnya disetujui oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi serta Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Setelah terlebih dahulu secara marathon Kementerian Kesehatan melakukan pembuatan Peta Jabatan; dan secara bersamaan melakukan analisis jabatan, sejak bulan Maret 2011, akhirnya hasil validasi ditandatangani oleh BKN pada tanggal 26 Juni 2012 dan disusul pada tanggal 4 Juli ini ditandatangani oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi.

Acara menandatanganan ini dipimpin oleh Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan dr. Yudhi Prayudha Ishak Djuarsa, MPH. Dalam arahannya Inspektur Jenderal menegaskan bahwa penetapan nilai dan kelas jabatan di lingkungan Kementerian Kesehatan bukanlah tahap akhir, melainkan langkah awal menuju Reformasi Birokrasi yang sesungguhnya.

Direncanakan dalam waktu dekat akan dilanjutkan dengan pencanangan zona integritas – wilayah bebas korupsi sebagai rangkaian proses reformasi birokrasi.
Paparan nilai & kelas jabatan disampaikan oleh Kepala Biro Kepegawaian dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS. Dalam paparan tersebut disampaikan hasil analisis jabatan dan evaluasi jabatan, dapat diidentifikasi terdapat 99 Jabatan Fungsional Umum (JFU), 205 Jabatan Fungsional Tertentu (JFT), dan 2329 Jabatan Struktural yang tersebar dalam 219 Peta Jabatan di kantor pusat dan UPT Kementerian Kesehatan di daerah.
Hasil evaluasi jabatan ditetapkan kelas tertinggi yaitu kelas 17 diidentifikasi ada 8 jabatan yaitu Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, dan Kepala Badan. Kelas 16 ada 5 jabatan yaitu Staf Ahli Menteri (SAM). Kelas 15 ada 179 jabatan yang terdiri para Eselon II dan JFT Dokter Pendidik Klinis Utama.

Kelas jabatan terendah yaitu Pramu dengan kelas 1 tersebar di 5 unit utama yaitu Sekretariat Jenderal, Dirjen BUK, Dirjen PPPL, Badan Litbangkes, dan Badan PPSDMK.
Seluruh rekap hasil evaluasi jabatan dapat di lihat dan di unduh melalui website Biro Kepegawaian.
Asisten Deputi Kesejahteraan Aparatur Kementerian PAN & RB yang mewakili Deputi bidang SDM Aparatur Kementerian PAN & RB, dalam arahannya Ir. Salman Sijabat menyampaikan bahwa pada hakikatnya tujuan pertemuan antara Kementerian Kesehatan – Kementerian PAN & RB – Badan Kepegawaian Negara (BKN) dalam kegiatan penandatanganan berita acara serah terima jabatan adalah untuk menyamakan persepsi sehingga disepakati hasil evaluasi jabatan yang telah di laksanakan oleh Kementerian Kesehatan.

Asisten Deputi Kesejahteraan Aparatur Kementerian PAN & RB, Ir. Salman Sijabat juga menyampaikan apresiasi yang tinggi serta akan menjadikan Kementerian Kesehatan sebagai contoh (role model) untuk kementerian / instansi lain dalam pelaksanaan anjab dan urjab karena telah menggunakan tools (sistem aplikasi) secara online yang memungkinkan unit kerja baik di pusat maupun di daerah dapat melakukan proses analisis jabatan dan  evaluasi jabatan dari lokasi masing-masing sehingga dapat mempercepat proses.
Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh pegawai Kementerian Kesehatan yang telah memasuki era baru terkait dengan system penilaian (reward) berbasis kinerja.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada para pimpinan terutama Ibu Sekretaris Jenderal, Bapak Ketua Pokja V RB (Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur), serta Bapak Kepala Biro Kepegawaian yang telah mempercayakan tugas berat ini kepada kami.

Terima kasih juga disampaikan kepada seluruh anggota Tim Kecil, terutama Biro Hukum dan Organisasi serta Biro Kepegawaian yang tidak mengenal lelah dalam menyelesaikan evaluasi jabatan ini, serta kepada para pimpinan unit kerja baik di pusat maupun UPT di daerah yang telah mendukung proses ini selama satu tahun terakhir.

Kepada para pejuang Job Class, jasamu akan di kenang sepanjang masa oleh anak cucu para pegawai di Kementerian Kesehatan.

                              Jakarta, 4 Juli 2012
                             
                                ttd
 
                               Tim Kecil Analisis Jabatan & Evaluasi Jabatan
                               Kementerian Kesehatan RI

Kemenkes Buka Lowongan Tenaga Perawat Ke Jepang

Pemerintah Indonesia dan Jepang kembali membuka kesempatan tenaga kerja Indonesia untuk bekerja sebagai Nurse (Kangoshi) di Jepang dalam kerangka Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) program G to G tahun 2013.

Pendaftaran dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan proses selanjutnya untuk penempatan dilakukan oleh BNP2TKI.

Pendaftaran dibuka tanggal 2 s.d 31 Juli 2012. Adapun beberapa persyaratan diantaranya pendidikan minimal D3 keperawatan dan memiliki pengalaman kerja sebagai perawat sekurang-kurangnya 2 tahun.

Selanjutnya informasi selengkapnya dapat diakses melalui website www.bnp2tki.go.id, www.bppsdmk.depkes.go.id, www.depkes.go.id, dan www.jicwels.jp.

atau

Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan (Pusrengon SDMK) Kemenkes RI
Jl. Hang Jebat III/F3 Lt. 6 Keb. Baru, Jakarta Selatan
Telp. 021 – 7258830
Fax.  021 – 7258618

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: (021) 52907416-9, faksimili: (021) 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): <kode lokal> 500-567 dan 081281562620 (sms), atau alamat e-mail kontak@depkes.go.id

Sabtu, 14 Juli 2012

Yuk. Jadi Remaja Gaul Sehat

Sumber : Depkes, Jakarta, 13 Juli 2012

Kesehatan remaja merupakan salah satu parameter penentu keberhasilan pembangunan bangsa. Para remaja merupakan generasi muda, penerus bangsa, pewaris negara serta tumpuan harapan keluarga dan masyarakat. Kementerian Kesehatan memberikan perhatian khusus terhadap para remaja dan sangat mengharapkan agar generasi muda Indonesia dapat berkembang menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di tataran global.
Hari ini, Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, membuka secara resmi seminar “Aku dan Temanku, Bisa Jadi Remaja Gaul Sehat” yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2012 di Jakarta (13/7). Hadir pula dalam kegiatan tersebut Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak Kemenkes RI, Dr. dr. H. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, M.Kes; Direktur Kesehatan Anak, dr. Kirana Pritasari, MQIH; para narasumber, yaitu dr. Arietta Poesponegoro, Sp.OG dan Dra. Ami Siamsidar, Msi; Dik Doank; serta sejumlah 220 orang siswa dan guru perwakilan dari 22 sekolah di DKI Jakarta.

“Remaja memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan sesuai perkembangannya”, ujar Menkes

Pada kesempatan tersebut, Menkes melakukan dialog bersama para remaja yang hadir dalam kegiatan tersebut, mendengarkan pernyataan para remaja yang berkaitan dengan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2012.

“Remaja masih disebut anak, karena menurut UU Perlindungan Anak Nomor 23  tahun 2002, anak adalah semua yang berusia 18 tahun (termasuk yang masih dalam kandungan). Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Tetapi ingat, dimana ada hak, maka terdapat tanggung jawab”, terang Menkes.

Menkes juga mencermati kemajuan teknologi informasi di era globalisasi yang dapat mempengaruhi nilai-nilai budaya. Para remaja dapat mengakses informasi yang berdampak positif maupun negatif bagi kehidupannya. Selain itu, Menkes juga memberikan perhatian atas maraknya perilaku kekerasan pada anak juga di kalangan pelajar.

“Siapa yang bisa melindungi kalian? Sebenarnya, perlindungan yang terbaik adalah oleh diri kalian sendiri dan temanmu yang terdekat. Teman yang baik adalah yang membuat kita lebih baik dan kita saling membantu untuk menjadi lebih baik. Sebagian besar remaja memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi dari kelompok sebaya. Mereka lebih sering melakukan curhat pada teman sebayanya, bukan kepada guru atau orang tua mereka”, kata Menkes.

Karena itu, Kementerian Kesehatan juga melakukan pendekatan ke masyarakat melalui jalur Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (Puskesmas PKPR). Di  Puskesmas PKPR, dikembangkan program konselor sebaya (peer counselor). Sebagai konselor sebaya, para remaja menjadi jembatan antara remaja dengan orang tua, guru dan tenaga kesehatan, untuk dapat memberikan informasi kesehatan yang benar dan membantu teman sebaya yang mempunyai masalah kesehatan. Dengan cara ini, diharapkan  para  remaja yang mempunyai masalah dapat  mencari jalan keluar dari orang tua, guru atau tenaga kesehatan. Bukan mencari solusi pada  teman sebaya yang mungkin memberikan  informasi yang tidak bertanggung jawab.

Menjawab pertanyaan media seputar pacaran yang sehat, Menkes mengatakan bahwa pacar yang baik adalah seseorang yang dapat membuat kita lebih baik, menjadi calon istri atau suami yang baik nantinya.

“Hubungan pacaran yang tidak sehat sangat berisiko terhadap infeksi penyakit kelamin atau HIV/AIDS. Ada yang memang tidak terinfeksi penyakit, tetapi berisiko Kehamilan yang tidak Dikehendaki (KTD). Inilah pentingnya pengetahuan tentang pacaran yang sehat. Sebaiknya jangan ada pacaran kalau ujung-ujungnya hubungan seks berisiko”, jelas Menkes.

Menkes juga menyatakan, selain dibekali pengetahuan, remaja harus ada penguatan secara agama dan moral secara utuh untuk bisa memberikan kekuatan iman dan mental generasi muda untuk menjauhi perilaku berisiko. Karena itu, Menkes mengharapkan keluarga dapat membekali anak-anak dengan nilai-nilai panutan, tuntunan yang baik, dan life skill sehingga anak-anak kita  dapat memilih kegiatan  positif yang  bermanfaat bagi kehidupan mereka  dan menghindari pergaulan yang berdekatan dengan perilaku berisiko.  Di sisi lain, masyarakat hendaknya juga ikut berperan dalam memastikan generasi muda kita mendapat informasi yang sehat dan benar.

“Karena itu, kepada para remaja Indonesia, carilah teman yang senantiasa membuat kamu lebih baik, dan jadilah teman yang baik bagi teman-temanmu”, tambah Menkes.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak (GKIA) Kemenkes RI, Dr. dr. H. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, M.Kes, mengatakan bahwa seminar “Aku dan Temanku, Bisa Jadi Remaja Gaul Sehat” merupakan salah satu dari tiga seminar yang diselenggarakan Kemenkes dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2012. Materi yang akan disajikan pada seminar tersebut, yaitu “Pacaran Sehat... Kenapa Enggak!” oleh Dr. Arietta Poesponegoro, SpOG, dan “Bergaul Tanpa Harus Kehilangan Jati Diri” oleh   Dra. Ami Siamsidar Budiman, M.Si.

“Penyelenggaraan seminar dilatarbelakangi oleh rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi dan kesehatan jiwa di kalangan remaja. Karena itu, tujuan penyelenggaraan seminar adalah untuk meningkatkan pengetahuan orang tua, anak dan pendidik tentang hak anak, agar dapat memelihara kesehatan secara optimal dan mampu mengembangkan potensi anak”, ujar Dirjen GKIA.

Dalam rangka memperingati HAN 2012, Kemenkes berpartisipasi dengan melaksanakan tiga seminar untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui tiga topik dengan sasaran anak balita, remaja dan anak penyandang disabilitas. Sebelumnya, telah diselenggarakan seminar “Stimulasi Perkembangan Anak Melalui Permainan” pada Kamis (12/7) yang dihadiri oleh ibu-ibu Dharma Wanita Kemenkes RI. Sementara itu, seminar “Potensi Dibalik Keterbatasan Anak” akan diselenggarakan pada Sabtu (14/7).

Peringatan HAN dilaksanakan di tingkat nasional dan daerah dengan tujuan agar semua lapisan masyarakat menyadari akan pentingnya pendidikan, kesehatan, gizi, pengasuhan dan perlindungaan anak Indonesia.Penyelenggaraan HAN tiap tahunnya dilaksanakan secara koordinatif di berbagai tempat dan  lintas kementerian  dimana kepanitiaannya dilakukan secara bergantian oleh 9 kementerian dibawah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Penyelenggaraan HAN 2012 diketuai Kementerian Agama, dengan mengambil tema “Bersatu Mewujudkan Indonesia Ramah Anak” dan sub tema “Saya Anak Indonesia Beriman, Jujur, Cerdas, Sehat, Berakhlak Mulia dan Berprestasi”. Puncak peringatan HAN akan diselenggarakan tanggal 18 Juli 2012 di Taman Mini Indonesia Indah.

Masalah kesehatan pada anak usia sekolah berbeda-beda menurut kelompok umurnya. Pada siswa Sekolah Dasar (SD), masalah kesehatan  terkait dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang belum diterapkan dengan baik, seperti masalah kecacingan, kesehatan gigi mulut dan anemia. Sementara itu, pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah (MA), masalah kesehatan yang dihadapi  terkait dengan  pengetahuan kesehatan yang kurang dan perilaku berisiko, seperti merokok dan pacaran tidak sehat. Selain itu, masalah lain yang dihadapi yaitu terjadinya pernikahan pada usia dini (15-19 tahun). Pasangan remaja yang menikah usia dini berisiko tinggi, karena dapat menyebabkan kematian perinatal, neonatal dan bayi, kematian ibu saat melahirkan, serta memiliki kemungkinan melahirkan bayi yang pendek (stunting).

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: (021) 52907416-9, faksimili: (021) 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): <kode lokal> 500-567 dan 081281562620 (sms), atau e-mail kontak@depkes.go.id.

Manajemen Puskesmas


“ 7 PILAR PUSKESMAS PRESTASI “
(H. RUSLI GUNAWAN, SKM., MMKes)

7 Pilar Puskesmas Prestasi, merupakan salah satu dari 12 materi seri Manajemen Puskesmas yang merupakan pandangan teoritis dan pengalaman empiris penulis dalam mengelola Puskesmas di Kabupaten Karawang. Ke-7 Pilar Puskesmas Prestasi yaitu :
1. Penampilan Puskesmas (Performance)
Penampilan Puskesmas (Performance) adalah fisik gedung Puskesmas yang ditata dengan baik termasuk sarana dan prasarananya, melalui pengelolaan 4 K (Keindahan, Ketertiban, Keamanan dan Kebersihan), meliputi :
a. Keindahan (K1)
Puskesmas dilengkapi dengan tanaman/bunga, bila memungkinkan adanya taman, ada lahan untuk Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
b. Ketertiban (K2)
Sarana tepat tunggu pasien ditata dengan baik, sehingga tidak bergerombol bila perlu dilengkapi dengan nomor antrean pasien. Adanya visualisasi Alur Pengunjung Puskesmas(denah Puskesmas). Ruangan dilengkapi dengan nama ruangan atau nomor ruangan. Poster, visualisasi data (data dasar, visi 7 misi, papan pengumuman) serta buku rekam medis tertata rapih
c. Keamanan (K3)
Untuk keamanan gedung harus ada petugas keamanan. Pada ruangan tertentu dilengkapi dengan teralis untuk melindungi barang/sarana yang berharga (obat, komputer). Untuk keamanan pasien, lantai tidak tergenang air atau tidak licin, adanya etiket atau pemberitahuan kepada pasien tentang tata cara minum obat
d. Kebersihan (K4)
Gedung Puskesmas (termasuk halaman dan plang Puskesmas) terlihat bersih serta di cat menarik. Puskesmas harus mempunyai petugas  kebersihan (cleaning service), adanya tempat sampah (kering dan basah) dan distribusi pembuangan sampah serta sarana Pembuangan Air Limbah

2. Cakupan Puskesmas
Adalah indikator program/kegiatan yang merupakan tujuan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Indikator Cakupan Puskesmas, meliputi :


a. Target
Kegiatan Puskesmas dianggap berhasil, apabila Cakupan Puskesmas (program basic six dan pengembangan) mencapai target yang telah ditetapkan
b. Trend
Apabila target tidak tercapai, maka sebagai bahan perbandingan keberhasilan capaian program/kegiatan, dapat dilihat Trend yaitu kecenderungan hasil capaian program/kegiatan dengan membandingkan capaian sekarang dengan capaian sebelumnya pada periode yang sama (bulan/tahun). Diharapkan trend nya meningkat

3. Manajemen Puskesmas
Adalah pengelolaan Puskesmas melalui pelaksanaan fungsi manajemen Puskesmas, yaitu fungsi Perencanaan (P1), fungsi Penggerakkan dan Pelaksanaan (P2) dan fungsi Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3) sehingga tujuan Pembangunan Kesehatan tercapai. Indikator keberhasilan Manajemen Puskesmas, meliputi :
a. Terbentuknya Tim Manajemen Puskesmas
Adanya Tim Manajemen Puskesmas, merupakan bukti bahwa Puskesmas sudah melaksanakan fungsi manajemen Puskesmas yang ke-2, yaitu fungsi Penggerakkan dan Pelaksanaan (P2). Tim Manajemen Puskesmas dilegalisasi dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Puskesmas
b. Berfungsinya Tim Manajemen Puskesmas
Terbentuknya Tim Manajemen Puskesmas saja belum cukup. Oleh karena itu Tm Manajemen Puskesmas harus berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya

4. Mutu Puskesmas
Adalah kesesuaian antara SDM, pelayanan dan sarana yang dilaksanakan oleh Puskesmas. Indikator mutu Puskesmas, meliputi :
a. Sumber Daya Manusia / SDM (Tenaga)
Seluruh tenaga yang ada di Puskesmas sudah mengikuti pelatihan teknis dan mendapat sertifikat (misalnya, APN, PPGDON, BTCLS, ATCLS, GELS, MTBS, QA)
b. Pelayanan
Pelayanan yang diberikan di Puskesmas hendaknya sudah sesuai atau mengikuti Prosedur Ketetapan (Protap) atau Standar Operasional Prosedur (SOP). Selain itu ada Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atau tersedia Kotak Saran untuk mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada masyarakat serta ada analisis hasil evaluasi kepuasan masyarakat.





c. Sarana 
Sarana yang ada di Puskesmas hedaknya harus sesuai dengan standar  pelayanan kesehatan (misalnya, sarana ANC, sarana pelayanan Imunisasi)

5. Program Kreatif dan Inovatif
Adalah program/kegiatan atau pelayanan yang menjadi unggulan Puskesmas serta lebih menonjol dibandingkan pelayanan di Puskesmas lain, seperti : Klinik Terpadu Graha Semesta, Klinik IMS, Kader UKGMD, Puskesmas Santun Lansia. Puskesmas hendaknya minimal mempunya satu program kreatif dan inovatif yang menjadi unggulan Puskesmas tersebut.

6. Pemberdayaan Masyarakat
Adalah upaya dan peran serta masyarakat di bidang kesehatan agar mandiri untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator pemberdayaan masyarakat, yaitu :
a. Terbentuknya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
Meliputi : Pos Yandu, Pos Bindu, Pos UKK, Poskestren, Poskesdes, Desa Siaga, SBH, TOGA, Kader Pos Yandu, Kader Kesling, PMO
b. Berfungsinya UKBM
Tidak hanya terbentuk UKBM saja, akan tetapi UKBM tersebut harus berfungsi

7. Kerjasama Lintas Sektor
Kegiatan Puskesmas akan berjalan dengan lancar, bila didukung oleh peran Lintas Sektor (Kecamatan, UPT Pendidikan,UPT KB, KUA), terutama bila kegiatan Puskesmas yang melibatkan masa (masyarakat banyak), misalnya Pekan Imunisasi Nasional (PIN) bekerjasama dengan Kecamatan, Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) bekerjasama dengan UPT Pendidikan. Oleh karena itu dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas harus bekerjasama dengan lintas sektor agar tujuan Pembangunan Kesehatan dapat tercapai.


Jumat, 13 Juli 2012

Kegiatan Prolap di Cianjur